Kamis, 19 November 2009

Kung Fu Halilintar Ungu

Kung Fu Halilintar Ungu

Sebenarnya hanya ada 7 jurus dari Halilintar Ungu, tetapi sewaktu roh Xiang Yu berusaha kembali ke dunia fana melalui tubuh Yang Xian Gan di skhir Dinasti Sui, telah tertata bentuk dari jurus ke-8 ini, sayangnya Yang Xian Gan keburu tewas oleh Mo A Ye biksu dari India yang menguasai kung fu 6 Dewa dan 3 Jurus Telapak Budha Langit, biarpun pada pertarungan itu yang menang adalah Yang Xian Gan, tetapi justru yang tewas adalah dia, karena 8 Raja Neraka turun bersama untuk menyegel kekuatan roh Xiang Yu beserta Yang Xian Gan bersamaan, sedangkan Mo A Ye yang juga mengalami mati suri di ijinkan kembali ke dunia karena ada tugas yang belum diselesaikan, yaitu berkorban supaya murid kesayangannya Lie Shi Min dapat menjadi Kaisar Dinasti Tang Raya dan mengemban tugas mulia dari langit. Bentuk dari jurus ini sangat sederhana, tetapi tenaga yang dikerahkan mencapai 15% kekuatan alam semesta, jadi apabila jurus ini sudah selesai maka 6 Dewa maupun 3 Jurus Telapak Budha tidak akan berkutik.
Sewaktu Dinasti Song akan lahir dan pewaris Telapak Budha mengemban misi menyejahterakan umat, sosok Xiang Yu dan Yang Xian Gan kembali menjelma ke dunia fana, kali ini mengubah taktik yaitu membagi rohnya untuk mendukung calon Kaisar yang terpilih, dan untuk dapat mengalahkan rintangan-rintangan, apalagi mendapat lawan yang sangat menantang, yaitu Telapak Budha Langit, Cermin Langit Sejati, Kitab Semesta, dan juga jurus Pedang Kaisar Sejati maka terbentuklah oleh Xiang Wu Hen sang keturunan terakhir dari Yang Xian Gan maupun Xiang Yu, jurus ke sembilan yaitu Kutukan Halilintar Langit. Bentuk dari jurus ini mengumpulkan inti sari listrik alam dan mengarahkannya ke lawan, dan lawan biarpun mempunyai kekuatan pelindung tahap 11 Perisai Lonceng Emas-pun tidak akan sanggup bertahan, diperkirakan seimbang dengan tahap ke-10 Cermin Langit Sakti yang merupakan Pamungkas dari alam, bahkan dikatakan kekuatannya seimbang dengan Jurus ke-8 Telapak Budha yaitu, Kesaktian Budha Tiada Tara.

Kung Fu Enam Dewa

Kung Fu Enam Dewa
Pada jaman ketika Budha lahir dari pemahaman Sidartha Gautama (abad VI Masehi), banyak juga kaum Brahmana yang berfikir lurus (tidak mengincar sifat keduniawian) berubah menjadi penganut agama Budha, mereka juga mempunyai pandangan tersendiri terhadap ajaran agama Budhisme maupun Brahmanisme, jadi baik itu ajaran Enam Dewa Sejati maupun sesat tetap mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri, sehingga tidak dapat di salah tafsirkan ada yang sesat ada yang sejati, hanya saja memang sesudah menjadi Budha sesepuh dari aliran Brahmana tersebut mempunyai tenaga dalam yang bersifat welas asih, tidak mengutamakan keberingasan dan tenaga dalam yang lebih dahsyat untuk menyerang lawan.
Karena di India kaum Brahmana tidak lagi mempunyai tempat, maka mereka berlari menghindar ke daratan China, mereka mencari bangsawan yang mau mendukung dan dapat memberi mereka keamanan baik dari segi jasmani meupun rohani, sebaliknya mereka memberi dukungan dengan mengajarkan kung fu dari sekte mereka, yaitu kung fu Enam Dewa yang sesat dengan mengambil inti dari pergerakan Budha yang menuruti kesenangan duniawi saja. Sejak masa Tiga Kerajaan mereka sudah mulai mempengaruhi pejabat berpengaruh di masa itu, mulai mempengaruhi massa yang terkenal dengan pemberontakan Kain Kuning (Yellow Turfan) sampai akhirnya mendapat dukungan pangeran kedua dari Dinasti Sui yang akhirnya menjadi raja terakhir Dinasti Sui dan digantikan dengan Dinasti Tang.
Pada awal Dinasti Tang inilah, kung fu Enam Dewa ini mulai dibersihkan namanya, dan rata-rata dipelajari oleh suku di daerah Nan Mang yang kebanyakan warganya masih sangat fanatic dengan ajaran Budha sejati, tetapi karena yang mulai mengajarkan adalah biksu Budha yang sedang mengejar kaum Brahmana dari India ke daratan China, maka yang digunakan adalah kung fu ini. Apabila pengertian dari Budha-Brahmana diperluas lagi maka akan diperoleh kesadaran Zen yang agung.

Kung fu Es Api Penggempur Langit

Kung fu Es Api Penggempur Langit
Asal muasal kung fu ini dari aliran Kong Tong yang mengungsi ke daerah Gao Li, dan akhirnya menjadi perguruan besar yang menamakan diri Perguruan Arena Tinju Sesat di Korea, pada dasarnya kung fu ini tidak sehebat Kitab Pengubah Otot ataupun Kitab Sembilan Matahari, tetapi daya yang dihasilkan oleh kung fu ini yang begitu menakutkan bisa mengubah hawa panas ke hawa dingin sekehendak hati, bahkan bisa menghasilkan gempuran panas dan dingin dalam waktu bersamaan.
Kung Fu ini melatih raga kasar mempunyai daya untuk menerima dan mengeluarkan hawa panas ataupun dingin secara bersamaan, kekuatan dari tahap 5 sudah menyamai Perisai Genta Emas tahap 7, tetapi pada puncak kekuatan Es Api Penggempur Langit tahap 7, ada kelemahan yang fatal, karena tubuh manusia terdiri dari darah dan daging, maka kemampuan tiap orang yang melatihnya berbeda, ada yang melatih tahap 7 secara sempurna tidak mengalami gangguan pada jantungnya, tetapi pada umumnya karena mengerahkan system panas dan dingin bersamaan dan tidak selaras seperti Kung Fu Es Hitam Menolak Api yang merupakan keselarasan alam dari jurus Telapak Budha seseorang yang melatih tahap 7 Penggempur Langit akan mengalami gangguan pada jantungnya, yang beresiko pada kematian karena pemaksaan pembalikan aliran darah.
Cara untuk melatih tahap 7 ini juga tidak lazim seperti kung fu yang mengutamakan pelatihan nafas internal dan gerakan jurus, melainkan pada pemaksaan raga untuk menerima dingin yang mutlak (suhu -300 derajat Celcius), dan panas yang mutlak (tungku api sepanas 1000 derajat Celcius), apabila tidak mempunyai tekad membaja dan keberanian tinggi, tidak akan ada Tahap 7 Es Api Penggempur Langit yang melegenda.

Kitab Semesta (Enersi Ufuk Barat)

Kitab Semesta (Enersi Ufuk Barat)
Semasa masa pembentukan dunia terjadi bencana alam yang datang silih berganti, yang pertama adalah gunung berapi di seluruh dunia meletus secara bersamaan, manusia, hewan dan tumbuhan hamper punah oleh bencana ini, lalu seorang yang pemberani akhirnya berusaha berdoa pada langit, dan akhirnya setelah berdoa selama 7hari 7malam, dari kawah gunung berapi muncullah seekor kuda dengan kepala naga dan berkaki singa (Killin) di punggungnya terukir cekungan seperti symbol-simbol yang ada di ala mini, lalu oleh orang itu disalinlah ukiran di punggung itu dan disebut sebagai kitab Begawan, dan sesudah selesai menyalin itu sang kuda naga itupun terbang ke langit dan bencana alam berhenti, lalu dibutuhkan waktu sekitar 2tahun untuk dapat mengartikan simbol-simbol tersebut menjadi suatu bentuk kung fu yang sempurna mengambil dasar dari bentuk tata langit dan langkah delapan mata angin (Ba Gua), sosok pria pemberani itu kemudian dikenal sebagai Yu Agung (Kaisar Da Yu) yang juga menanggulangi banjir besar yang terjadi 10 tahun dari letusan gunung-gunung berapi, sewaktu ada bencana banjir besar ini kembali diadakan upacara menghormati langit dan dari tengah laut muncullah kura-kura raksasa yang di punggungnya ada ukiran symbol juga yang akhirnya dikenal sebagai Peta Begawan.
Dari Kitab Begawan diciptakanlah 7 jurus yang mengandung unsure keseimbangan alam, dan dengan 7 jurus ini Kelompok Dewa (Kun Lun) mempunyai kekuatan yang abadi dan tiap pewarisnya pastilah mempunyai kekuatan yang mampu menguasai dunia, baik sebagai pejabat ataupun sebagai pesilat. Jurus-jurus ini mempunyai bentuk yang selaras dengan alam dan mengandung keserasian dengan pengguna jurus ini, apabila seseorang berkarakter keras maka jurus-jurus yang keluar pastilah sangat kuat dan keras, apabila seseorang pengguna kung fu ini lembut dan luwes, pasti jurus yang sering muncul akan tampak lembut dan lemas mampu mengikuti arus dan mengalirkan tenaga sekuat apapun.

Kitab Langit Sejati (Cermin Langit)

Kitab Langit Sejati (Cermin Langit)
Pada awal terbentuknya peradaban, manusia masih banyak belajar dari alam, mereka sering berperang memperebutkan daerah perburuan dan juga memperluas wilayah sendiri. Waktu itu para dewa masih tidak mau ikut campur dengan kehidupan manusia, suatu ketika Dewa Air dan Dewa Api bertarung tanpa alasan yang jelas selama belasan hari, hasil pertarungan yang akhirnya di menangkan oleh Dewa Api sang jawara cahaya mengalahkan kegelapan, tetapi Dewa Air yang mewakili kegelapan tidak terima kalah begitu saja, dia bunuh diri dengan membenturkan badannya sampai hancur ke gunung Buzhou (penyangga langit dan bumi buatan Pan Gu). Tindakannya ini menimbulkan bencana, pilar-pilar penyangga langit roboh, keempat sudut bumi tertarik secara terpisah, bagian barat laut langit runtuh dan matahari, bulan, dan bintang mulai bergeser ke arah itu. Bagian tenggara bumi tenggelam, lalu air serta debu mulai tertarik ke arah tenggara. Setengah dari langit runtuh, dan lubang hutam muncul di langit. Bumi terbelah, api besar melalap gunung dan lautan, binatang menjadi panik dan menjadi liar menyerang manusia. Mahluk hidup yang tersisa mulai berteriak dan memohon pada ibu mereka, Nu Wa.
Dewi Nu Wa mulai bergerak menuju sungai suci mencari kristal warna-warni lalu mulai mencairkan kristal itu dan digunakan untuk menambal langit dan memadamkan api. Dari semua kristal itu yang tidak dapat dilelehkan dengan tenaga Dewi Nu Wa ada 10 buah yang sangat keras tidak dapat dihancurkan oleh tenaganya, malahan menyerap tenaga Dewi itu, akhirnya diukirlah Kitab Sakti Cermin Langit (Hwen Tian Bao Jien) yang terdiri dari 10 tahap yang sangat digdaya, dan tiap tahap melambangkan kebesaran alam.
Menurut legenda, kung fu Sakti Cermin Langit ini pernah digunakan Kaisar pertama Dinasti Zhou (1100 SM) Qi Hwa, yang bahkan di gabungkan dengan kung fu Enersi Semesta dari Fu Xie yang kemudian disempurnakan dengan pemahaman baru, lalu juga di gunakan oleh Kaisar Qin Shi yang mendirikan Tembok Besar China, kemudian pada masa dinasti Sui dikuasai oleh ketua Perguruan Tao Chao Yang Tze, yang berpura-pura gila padahal berusaha untuk mempertahankan wilayah Kerajaan Sui dari suku liar daerah Barat dan akhirnya di kalahkan oleh Telapak Budha pada akhir Dinasti Sui, kemudian memudarkan nama Kung Fu tanpa Tanding pegangan Putra Langit (kaisar). Pada awal Dinasti Song, kung fu ini kembali muncul di kuasai oleh orang dari barat, Khan dari Turki, yang menjadi tokoh Pesilat nomor satu, tanpa tanding di kolong langit, tetapi juga akhirnya dikalahkan oleh Telapak Budha juga oleh Pendekar Long, setelah mengalahkan Khan Huang Fu Ji ini Pendekar Long memilih meninggalkan dunia persilatan dan hidup tenang..

Kung Fu Es Hitam Menolak Api (Tapak Budha)

Kung Fu Es Hitam Menolak Api (Tapak Budha)
Tenaga dalam dari aliran Budha murni, mempunyai makna kekuatan langit dan bumi menyatu pada manusia. Justru tahap kekuatan tanpa batas adalah manusia, apalagi yang di anugerahi oleh pengertian tentang kebijakan ilahi. Tenaga dalam ini didapat secara otomatis sewaktu Sidharta Gautama menciptakan Kilatan Pertama Cahaya Budha, tenaga dalam yang berumber dari Kung Fu Api Membara dari Persia dan Kung Fu Es Hitam dari India di gabungkan menjadi selaras dalam tubuh, sehingga menghasilkan kekuatan tiada tara, bahkan mampu menjaga kekuatan yang terkadang keras terkadang lembut. Api dapat dikatakan keras karena warna dan karakternya yang meledak-ledak dapat juga dikatakan lembut karena jilatan api meliuk-liuk tidak dapat di tebak, sedangkan es juga dapat menunjukkan keras maupun lembur, yaitu keras dari bentuknya yang padat dan sangat kaku, tapi juga lembut dari sifatnya yang dapat meredakan amarah dengan hawa dinginnya.
Kung fu ini jarang ada orang mendengarnya, rata-rata orang hanya tahu Kitab Telapak Budha, tanpa tahu apa dasar tenaga dalamnya. Kitab telapak Budha sendiri diciptakan Sidharta Gautama di India pada masa dia belia, karena merasa tidak puas dengan kondisi social yang terjadi saat itu beliau bertualang mencari jawaban dari segala pertanyaan hatinya. Beliau mencari jawaban atas pertanyaan yang lama dicari manusia, mengapa ada siklus lahir dewasa, sakit tua lalu mati. Selama beliau berkelana sampai mendapat pencerahan sejati, banyak rintangan dan hambatan yang dihadapai Sidharta Gautama, mulai dari godaan nafsu kenikmatan, kekuasaan dan kekayaan. Setelah mencapai pencerahan barulah Sidharta memulai menciptakan Kung Fu Telapak Budha ini, dengan tujuan membasmi segala angkara dan berbagai jenis kejahatan yang ada di dunia ini.
Kung fu dari India yang bernuansa agama ini dikembangkan di dunia pada abad ke VI, ketika biksu suci dari Dinasti Tang di utus untuk mencari Kitab Tripitaka ke India, yang kisahnya sangat terkenal yaitu Perjalanan Menuju Barat, biksu Suci Dinasti Tang saat itu Tang Suan Zhang (Tong Sam Cong) melewati 81 cobaan dan rintangan spiritualitas untuk menghadap sang Budha.
Dari India buksu Suci Tang berhasil membawa Kitab Suci Budha dan 8 Sutra Kung Fu Telapak Budha, 3 buah Senjata Prajurit Budha, dan upeti kepada Dinasti Tang Raya.
Sebenarnya Telapak Budha terdiri dari 9 Jurus, dan mempunyai 9 Bentuk Senjata Prajurit Budha, tetapi hanya ada 8 Jurus yang disebarkan ke daratan China karena jurus ke sembilan merupakan jurus yang hanya bisa dikuasai oleh sang Budha sendiri yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus penghancur langit, bumi dan manusia, oleh karena itu jurus terakhir ini tidak boleh beredar luas ataupun disebarkan, maka jurus ini di segel di India Kuil Lui In She.
Kaisar Dinasti Tang Raya, Li Shi Min (Tang Tai Cong) merebut tahta lewat kekerasan ( membunuh saudara dan guru) namun memerintah dengan bijak, sutra Budha di simpan di kuil dalam komplek Istana dan dijaga turun temurun oleh para biksu suci dari kuil Huang Jie.
300 tahun kemudian setelah Dinasti Tang runtuh, kuil Huang Jie hangus dijarah dan dibakar pemberontak, 3 biksu suci menyimpan Sutra Hati Telapak Budha dan 3 buah senjata prajurit Budha saling berpencar supaya bisa menyelamatkan benda-benda suci itu.
Tapak Budha Langit (Rulai San Zhuan) lahir dari proses meditasi memperoleh Bodhi (kebangunan/kesadaran) hingga pencerahan sang Budha Sidharta Gautama, maka kung fu ini mengandung hawa murni langit, bumi, dan manusia untuk melindungi ketiga dunia dan menyelamatkan manusia dari dosa.
Nama kecil sang Budha adalah Sidharta Gautama, putra Raja Kapilawastu, beliau mempunyai status sosial yang tinggi, sehingga disegani, dan dihormati. Tetapi demi menghindari lingkaran samsara, lahir tua, sakit dan mati, Sidharta meninggalkan kemewahan duniawi (kekuasaan, kekayaan, dan cinta) pergi berkelana dan bertapa.
Kung fu Telapak Budha Langit ini mempunyai dasar tenaga dalam yang mewakili unsur keras dan lembut (langit dan bumi, matahari dan bulan), yaitu Es Hitam Menghindari Api sebenarnya dari dasar tenaga dalamnya saja sudah tampak daya tahan dari suatu bentuk kung fu. Dengan berbekal dasar tenaga dalam yang maha dahsyat ini saja sebenarnya sudah cukup akan mengerahkan jurus apa saja, tetapi karena pada dasarnya adalah landasan untuk mengerahkan jurus Telapak Budha Langit yang sangat keras sekaligus lembut mampu menghancurkan kejahatan tetapi juga membangun bumi, jurus ini selaras dan tidak menimbulkan kontra dalam tubuh si pemakai kung fu ini, di Korea ada kung fu yang keras yaitu Es Api Penghancur Langit, tetapi kurang begitu sempurna sehingga pada tahap 7 (puncak) justru mengakibatkan gangguan pada jntung si pemilik kung fu itu.

Kung Fu Mata Rantai Penghancur Langit

Kung Fu Mata Rantai Penghancur Langit
Kung fu ini berasal dari aliran lurus pada masa Dinasti Song, yaitu Perguruan Gong Dong (Kong Tong), diciptakan oleh seorang tokoh yang seharusnya menjadi ketua di aliran ini. Tian Can Lao Guai (si Tua Aneh Penghancur Langit) nama aslinya Wu Yai Zi murid perguruan Kong Tong yang saat itu berusia 50 tahun baru saja diangkat menjadi ketua generasi ke-3, dan diharuskan melatih kung fu pamungkas perguruan ini yaitu kung fu sakti Zong Heng Gong (Bergerak Bebas di Rasi Bintang Utara), tetapi karena terburu-buru maka sewaktu berlatih dia kerasukan, nadi ringannya hancur dan kung funya hilang sehingga dia menjadi cacat. Oleh karena semangat hidupnya yang kuat, dia mengulang paksa melatih kung fu ini lagi, selama 10 tahun jiwa raganya tersiksa, baru pada tahun ke-15 Wu Yai Zi berhasil menciptakan kung fu baru, kung fu itu bisa memulihkan fungsi organ tubuh yang rusak, menciptakan jalur nadi baruyang berbeda dari orang kebanyakan, yaitu kung fu Mata Rantai.
Ginjal, 8 nadi dan 12 pembuluh darah bisa disambungkan oleh kung fu mata rantai ini, nafas dalam menembus seluruh hambatan, kung fu berhasil tetapi emosinya terpengaruh, sehingga pola pikirnya agak berubah menjadi sesat. Dari kung fu ini Tian Can Lao Guai melatih 3 jenis jurus pendukung yang sesuai untuk tenaga dalam yang amat langka ini, Telapak Pendesak Jantung, Tinju 7 Luka, dan Tendangan Penghancur Langit, jurus yang paling hebat adalah Tendangan Penghancur Langit, orang yang melatihnya harus menghancurkan setiap sendi pada kakinya, sehingga memperbesar resiko cacat, tetapi dalam tehnik kung fu mata rantai ada cara unik yang akan memulihkan semua sendi tersebut, bahkan apabila pulih maka tendangan dari kaki itu akan mampu mengarah ke segala arah, seolah tidak mempunyai sendi pada kakinya, bahkan mempunyai daya lenting yang keras dan melampaui kewajaran.
Dengan jurus-jurus yang aneh ini Tian Can Lao Guai menjadi tanpa tanding di China pada usia 120tahun, kemudian pada jaman Dinasti Qing kung fu ini hilang dari peredaran, baru diketahui pada awal tahun 1970an ada seorang pewaris kung fu ini di Thailand, alasan dari menghilangnya kung fu ini karena orang-orang tidak ada yang berani mencoba menghancurkan sendi-sendi di kakinya karena takut akan cacat.